.
.
Akhirnya aku sampai. Itu yang kupikirkan tentang saat ini.
Namun apa yang kuhadapi melebihi apa yang kuharapkan. Sebuah gerbang dari pohon raksasa yang membentuk celah raksasa ditengahnya, dan memiliki daun pintu ganda disana. Jika kuingat, ini belum ada 1 setengah abad yang lalu. Aku sama sekali tidak mengharapakan hal-hal seperti fantasy tingkat tinggi akan kuhadapi saat ini.
Baiklah kurasa memang telah banyak yang berkembang, aku hanya telah melewati banyak masa. Jadi aku pun melewati gerbang dan memasuki kawasan benua tengah.
~
Sebelumnya, aku telah bangun di penginapan tepat saat matahari akan terbit. Dalam kebiasaan mereka, waktu itu adalah masih sangat pagi, mereka terlihat malas saat melayaniku untuk check out. Entah kenapa pagi ini aku sangat bersemangat.
Aku meninggalkan kota, melanjutkan perjalanan, dan siang ini aku telah dekat dengan tujuan.
Sesuatu di balik gerbang pohon, kupikir akan menjadi sesuatu yang lebih spektakuler. Jalanan Batu dengan tiang-tiang berbatu sihir bersinar di kepalanya, tersusun rapi berjejer disamping kiri dan kanan jalan.
Setelah kuanalisis dengan kemampuan penilaian salah satu bagian dari kemampuan psikis. Tiang-tiang itu berfungsi untuk membuat jalan lebih aman, benda itu menghalau magical beast, demon beast ataupun monster untuk menyerang pejalan yang memakai jalan ini.
"Karya yang hebat. " gumamku.
Itu yang kupikirkan, karena sekarang tidak ada siapa-siapa selain aku, jadi apa salahnya bicara sendiri.
Aku pun berlari santai, sambil menikmati pemandangan hutan yang terasa berbeda dari yang lain dan beberapa monster yang kulihat hanya duduk diam dibalik pepohonan.
"Felis memang telah menciptakan hal-hal menakjubkan. " Gumamku.
Sekarang aku pun berlari dengan kecepatan abnormalku.
.
Hutan telah berakhir, dan sekarang adalah tanah lapang, Padang rumput. Pemandangan hijau sejauh mata memandang benar-benar menyegarkan pikiranku lagi. Tiupan angin yang melambai-lambaikan rumput terlihat Indah seakan berirama. Itu membuatku tidak tahan untuk hanya melihat dan berdiam di jalur yang aman. Jadi kuputuskan aku keluar dari jalan dimana perlindungan tiang-tiang itu tak berfungsi.
Apa yang kuhadapi adalah sebuah kejutan lagi. Belum begitu lama aku berlari di Padang rumput, beberapa monster yang sepertinya magicial beast datang menyerangku. Namun mereka mati dalam satu pukulan.
"Tak kusangka, bahkan Padang rumput juga kekuasaan mereka." gumamku.
Aku bertarung menggunakan sebuah belati yang sebelumnya kudapatkan di reruntuhan desa itu, dengan mengayunkannya dan menggipaskannya membentuk serangan angin.
Ada mahluk yang berpostur serigala hanya saja bertaring besar dan panjang. Ada pula yang menyerupai gorila tapi bercakar beruang. Tetapi, yang paling banyak menyerangku adalah si yang berpostur serigala itu.
Berputar dan menebas mereka sekali banyak dalam satu tebasan. Tendang dan pukul.
Dalam sekejap bangkai binatang telah beserakan disekitar dan mewarnai kehijauan Padang rumput dengan cipratan merah darah.
"Ah... Kapan habisnya. "
Merasa bosan dengan hal ini, aku juga berpikiran ini akan menghabiskan waktuku sia-sia. Pilihan keluar dari jalan, ternyata memang pilihan yang salah. Karena sudah terjadi maka teruskan saja.
Aku berlari.
Kemudian hal mengejutkan lainnya kembali datang ke penglihatanku. Itu berada pada 1 km dari tempatku berdiri. Namun ukuran raksasanya memperjelas dan wujudnya memberikan kesan 'keren' dikepalaku.
Itu seperti monster serigala, lagi. Tunggu sejak kapan Felis menyukai serigala? Setelah jenis magical beast, kali ini jenis raksasanya.
Bedanya adalah yang magical beast memiliki daging dan darah, sedangkan yang raksasanya tidak. Ini lebih menyerupai patung Batu yang dapat bergerak. Ia seperti Gargoyle.
Sekarang aku sudah tiba dihadapannya.
"OI!!! APA KAU DAPAT MENDENGARKU!!! "
Sejenak ia tidak merespon, lalu kepalanya bergerak dan mata bercahayakan biru mengarah padaku. Suara gesekan dan getaran Batu dapat terdengar saat itu.
Kraft
Tak kusangka, responnya buruk. Tidak, aku sudah menduganya.
Dalam sekejap cakar batunya itu telah menggaruk tanah tempat tadinya kuberpijak, sedangkan aku melompat tinggi kelangit menghindari itu.
"HEI!! APA KITA HARUS BERTARUNG? "
Aku mencoba bertanya, siapa tau ia paham dengan ucapanku. Terkadang monster raksasa lebih cerdas dari pada yang kecil. Apalagi jika itu benar-benar gargoyle.
"GRAOURRR!! "
"Baik, sepertinya kau tidak paham. " kataku.
Mengatakan itu selagi berada diudara, lalu mendarat mulus dengan mengambil jarak dari serigala Batu itu. Ia pun juga merespon dan kaki belakangnya juga mulai bergerak. Itu melangkah kedepan perlahan, dengan keempat kakinya.
Kali ini ia mengejarku sambil terus memainkan cakar batunya padaku. Sedangkan aku terus saja melompat mundur menghindari itu. Ia semakin cepat dan aku pun juga semakin cepat. Jika begini terus mungkin suatu hari nanti aku akan dikenal sebagai pelompat mundur tercepat yang pernah ada. Tidak, ini tidak akan terjadi.
Stolen content warning: this content belongs on Royal Road. Report any occurrences.
Soal ini Bukan berarti aku tidak bisa menyerang, atau terpojokkan olehnya. Sebaliknya, ini begitu mudah jika aku ingin menghancurkannya. Alasannya adalah karena aku takut.
Aku takut Felis akan marah padaku.
"Sial! Karena sepertinya tidak ada pilihan lain, aku akan menanggungnya. " gerutuku kesal.
Aku berhenti melompat setelah satu lompatan besar. Berdiri disana sambil mengeluarkan satu belati dan menghunuskannya kepada siserigala batu. Lalu melesat kedepan dan memangkas horizontal dua kaki depannya bersamaan.
Paarr
Dua kaki itu hancur sehingga ia jatuh kedepan dengan kepala yang merusak tanah.
Namun ternyata itu tidak mempan. Serpihan batu dari dua kaki yang hancur itu kembali menyatu dengan tubuh utama. Seperti magnet yang kembali melekat, dan membentuk dua kaki depan.
"Baik, ternyata kau cukup merepotkan. "
Musuh yang paling merepotkan adalah yang pintar beregenerasi. Itu fakta, karena setiap kali kau melukainya luka itu akan sembuh dalam sekejap dan kembali seperti semula. Jadi disini aku benar-benar harus menghancurkan dalam satu pukulan.
Satu hal lagi, biasanya mahluk seperti ini memiliki inti dalam tubuh mereka, yang membuatnya tetap hidup selama inti masih utuh. Jadi yang harus kulakukan adalah menghancurkan dalam satu pukulan dan mendapatkan intinya lalu menghancurkannya juga.
Kesimpulannya aku harus menghancurkan semua komponen tubuhnya.
"Hm... Aku tidak membutuhkan pisau untuk melakukan ini. "
Belati itu aku jatuhkan ditanah, sambil memasang ekspresi yakin.
Menunggu saat ia semakin lebih dekat, aku memasang kuda-kuda-ku.
GROURRR...
Ia melompat seperti singa yang menerkam mangsanya, namun masih dengan postur serigalanya.
Menanggapi itu aku juga melompat, menyiapkan tinju tangan kananku dan tangan kiriku sebagai perisai. Mungkin jika dilihat lewat samping akan dapat dilihat seperti kami akan beradu pukulan terakhir. Serigala itu dengan kepalanya dan aku dengan tinjuku.
Dan sekarang jarak pun semakin kecil. Sekarang adalah saatnya...
"Terima ini!! "
Bhar....
Satu pukulan merobohkan semuanya, ini seperti yang kuharapkan. Tapi...
Tidak, ini mungkin malah berlebihan.
"Whoa... Ternyata kau terlalu rapuh. "
Hasil dari tinjuku mengenai kepalanya, tembus hingga ke bagian ekornya. Retakan yang begitu cepat menyebar dari kejutan tekanan pukulanku yang kuat. Seperti pasir dan kerikil tubuhnya hancur menjadi seperti itu.
Dan tak ada lagi suara auman.
Lalu, sebuah bola kristal sebesar kepalan tangan muncul dari balik pasir dan kerikil itu. Bercahaya perak dan berpendar-pendar.
Pasir dan kerikil bereaksi dengannya.
Aku mengambil bola itu segera dan mengangkatnya hingga sejajar mataku. Pasir-pasir disekitarnya melayang dan menempel padanya seperti magnet.
Perlahan tapi pasti pasir-pasir dan kerikil yang bergerak itu akan kembali membentuk wujud serigala Batu raksasa. Dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi, karena akan merepotkan menghancurkannya untuk yang kedua kalinya.
"Kali ini kau benar-benar hancur. "
Dengan genggamanku aku menghancurkannya, menjadi bongkahan kristal biasa di telapak tanganku. Bola kristal hancur dan pergerakan pasir pun berhenti sehingga kembali jatuh ketanah.
"Huh.... Ceramah Felis mungkin akan menantiku di masa depan... " ucapku lesu.
"... Dan aku merindukan itu. "
~~
Tumpukan pasir dan kerikil berserakan disekitar tempat Armil berdiri. Setelah menyimpan bongkahan kristal dikantong jubahnya, ia mulai meninggalkan tempat itu. Dengan santai berjalan merasakan tiupan angin Padang rumput. Ia tampak menikmatinya.
Pasir dan kerikil yang tadi menjadi timbunan dibalik rerumputan. Lenyap setelah ditiup angin menjadi debu berkilau hingga kemudian tak terlihat lagi. Rerumputan yang tadi tertimbun, kini sudah kembali bergoyang karena tiupan angin. Seakan tidak terjadi apa-apa beberapa saat yang lalu.
Beberapa menit kemudian, setelah melewati beberapa bukit kecil, Armil menghentikan langkahnya. Dengan wajah dibawah penutup kepala itu, ia terlihat mencurigakan.
Ada sekelompok demi-human bersenjata memblokir jalannya. Berpakaian seragam seperti militer Cina, dan membentuk barisan formasi tempur. Salah satu dari mereka, seorang ras demi-human Kucing berbadan kekar, maju kearah Armil dan menodongkan pedangnya.
"Apakah kau yang menghancurkan Wofleo kami di daerah ini? " ia bertanya dengan cukup tekanan.
Armil yang mendengar pertanyaan itu jadi bingung dan berkeringat dingin. Bukan karena tekanan intimidasi dari demi-human kucing ini. Melainkan karena hal lain.
Ia mengira Wofleo mungkin adalah sebutan mereka untuk serigala batu yang baru saja ia hancurkan. Dan Felis akan menagih pertanggung jawabannya untuk itu. Dengan mengirim mereka.
(Apa Felis benar-benar marah sehingga mengirim orang-orang ini padaku?) pikirnya.
(Apa yang harus kulakukan?)
Armil membuka penutup kepalanya untuk menghilangkan ketegangan. Sebelumnya ia mengenakan itu untuk menghindari panas. Jadi sekarang agar ekspresinya dapat dilihat oleh lawan bicara, ia membukanya.
"Ah.... Itu... Maaf, Aku tidak sengaja. Kalau boleh aku akan meminta maaf langsung pada Felis yang mengirim kalian kesini. Bagaimana? "
Mendengar jawaban Armil itu membuat wajah sikucing itu menegang marah. Genggaman pada pedangnya malah semakin kuat.
"Kau pikir kami akan memaafkanmu begitu mudah?! Dan juga trik murahanmu, ingin meminta maaf pada Felis?? Jangan bercanda!!! kau hanya akan mencelakainya! Kau juga tak menghormatinya dalam menyebutkan namanya! Mahluk sepertimu bahkan tidak pantas untuk menyebutkan namanya. Kau pikir aku tidak tau isi pikiranmu! Bajingan! "
(Whoa... Itu bohong, Kau tidak tau apa pun isi pikiranku, sebaliknya aku tau apa yang kau pikirkan dengan mudah... mengambil kesimpulan berdasarkan pikirkanmu sendiri, dan mengatakan itu isi pikiranku, bodoh. Jadi apa mereka ini semacam fans-nya Felis, atau apalah itu?. Tapi akan semakin rumit jika mereka dikirim kemari atas perintah Felis)
Di beberapa tempat seperti sekolah atau kantor yang memiliki Madonna disana, biasanya beberapa sekelompok lelaki menjadi Fans-nya dan mengancam setiap lelaki yang mendekatinya, seakan Madonna itu Dewi mereka. Dan sepertinya hal itu juga terjadi disini, terhadap Felis.
"Um... Apa nyona Felis... yang mengirim kalian? " tanya Armil, dengan sopan.
"Tidak! Kami adalah divisi 1 keamanan garis depan, bergerak otomatis atas tugas kami! "
Mendengar itu Armil lega, dan sedikit mengurut dadanya.
(Oh.... Syukurlah.. Kupikir Felis benar-benar sudah marah padaku)
Si kucing yang jadi pemimpin dikelompok itu, melihat gerakan Armil mengurut dadanya membuatnya waspada.
"Apa yang akan kau lakukan, sialan? "
"Eh? Apa? "
"Semuanya bersiap menyerang, musuh hanya sendiri. Pastikan kita mengalahkannya dan menyerahkan kepalanya kepada Felis!! "
"""YEAH"""
Sorak mereka bersama.
"Eeh... T-tunggu! "
Namun suara Armil tak lagi terdengar oleh mereka, dan Medan pertempuran pun tercipta.
"Eits.... "
Tembakan crossbow besi dan serangan pedang, menyerang Armil secara beruntun. Mereka bahkan tak menyempatkannya untuk bicara. Namun Armil hanya mengelak tipis dan melompat menghindari tembakan. Ia bahkan tak menyerang.
"Ada apa? Kau bahkan tak menyerang, pengecut! "
"Aku tidak meniatkan itu. " [Armil]
"Hahah.... Terserah mu, itu bahkan akan mempermudah kami mendapatkan kepalamu!! "
"Coba saja. "
Mereka semakin bersemangat, menunjukan seringai wajah menyeramkan dan ganas. Jika manusia biasa mungkin akan tumbang hanya dengan melihat dan merasakan tekanan mereka. Tapi bagi Armil itu hampir sama seperti sekumpulan serangga.
Ia bahkan menguap ngantuk beberapa kali.
"Sialan, kenapa tidak ada satu pun yang berhasil. "
Ujar sikucing kesal, sedangkan Armil hanya berdiri diam tak jauh darinya dengan menutup sebelah matanya.
"Baik! Gunakan sihir kalian untuk melawannya! Dapatkan. Kepalanya!!"
"""Siap!! """
Sihir penguat tubuh, penguat senjata, dan sihir element. Beragam sihir dari skuad yang berbeda, skuap pedang dan skuad pemanah. Mereka menggunakan sihir untuk musuh yang mereka anggap sulit untuk dikalahkan. Tanpa sihir bahkan fisik mereka sudah dua kali lipat manusia biasa, dengan sihir maka akan menjadi lebih kuat.
Tapi tetap saja, percuma untuk melawan Armil.
Shift
Gerakan mereka semakin cepat, skuad pedang dengan tebasan pedangnya menghasilkan angin tebasan yang juga berbahaya. Tanah dan pohon yang terkena itu kini penuh dengan bekas tebasan.
Panah yang diluncurkan kini beralirkan sihir, lebih tajam dan kuat dan juga dapat mengejar musuh. Skuad pemanah yang mayoritasnya terdiri dari para elf, bukan perempuan tapi elf laki-laki.
Serangan panah cukup membuat Armil bergerak mengelak lebih cepat dari sebelumnya. Ia menghindari semuanya dengan sempurna. Mereka berpikir bahwa ia akan kelelahan nantinya. Tapi tidak ada tanda-tanda kelelahan pada Armil sedikit pun.
"Ada apa?!! Sial!! Kenapa tidak ada satupun yang kena!?! "
Sikucing itu semakin kesal melihat tidak ada satu pun serangan yang kena, sedangkan pasukannya sudah mulai kelelahan.
"Kalian tak lebih hanya serangga kecil bagiku! " jawab Armil acuh.
"Apa katamu?! Jaga bicaramu bajingan!! "
Sikucing semakin marah, emosinya meningkat.
"Untuk apa? Jika hanya menghadapi orang bodoh sepertimu! " [Armil]
"Sialan kau manusia! Seenaknya menghina kapten kami!! "
Salah satu dari skuad pedang marah saat Armil menghina sikucing.
"Kalian bahkan lebih buruk lagi, melawan musuh yang tak bersenjata dengan senjata! Apa guru kalian tidak mengajari itu dalam etika bertarung!! "
Semua orang tegang saat mendengar kata-kata Armil. Tadinya mereka pikir ia hanyalah manusia pengecut yang bersedia menundukan kepalanya pada mereka, dan mereka merendahkannya. Namun kini auranya terasa berbeda.
Itu jelas Armil sedikit melepaskan tekanan aura kekuatan besarnya.
"Biar kutanya sekali lagi, SIAPA YANG PENGECUT DISINI?!!! HAH? " [Armil]
Semua diam bahkan suara jangkrik pun tak terdengar.
"Baik, kalau begitu biar aku sendiri yang akan melawanmu..."
"... Pedang dengan pedang. Akan kutunjukan apa yang telah diajarkan pak Darkon padaku."
Sikucing berbicara sambil menyerahkan satu pedang kepada Armil dan satu pedang dalam genggamannya.
(Darkon? Sepertinya nama itu tidak asing bagiku.)
Sambil menerima pedang Armil memikirkan itu.
"Kapten!! Apakah akan baik-baik saja seperti itu? "
"Ya.. Apa kalian masih ingat apa yang diajarkan pak Darkon pada kita? Dan kita sama sekali tidak menjalankan itu saat berhadapan dengannya. "
"".......""
"Jadi biarkan aku melawannya dalam pertarungan pedang satu lawan satu! "
""Baik!! Kapten""
Dengan begitu mereka menyiapkan kuda-kuda masing-masing, para bawahan sikucing menjauh dari area pertarungan dan berharap kaptennya akan menang. Namun Armil bahkan tak memasang kuda-kuda, ia hanya berdiri lenggok dan memegang pedang tanpa mengangkatnya.
Melihat ekspresi dan sikap Armil yang bahkan sangat santai saat pertarungan akan dimulai itu malah membuat mereka dan sikucing semakin kesal. Sikucing jadi ingin segera mengalahkannya.
"MULAI!!! "
Dan pertarungan pun dimulai.
"Hyaa... "
Klang
Sikucing melesat kearah Armil dan mengayunkan pedangnya. Tapi ditangkis oleh pedang Armil membuat tangan sikucing gemetaran, sedangkan Armil tak berefek apa-apa, masih dengan tampang santai.
Tatapan mereka beradu begitu pula pedang mereka. Tapi yang paling tegang adalah sikucing. Ia merasakannya kekuatan Armil yang begitu besar lewat tangkisan pedangnya.
Hingga sebuah peringatan menurunkan ketegangannya.
"HENTIKAN!!! "
Sosok naga merah setinggi dua meter berseragam militer, muncul dari langit setelah melipat sayapnya. Sosok yang mereka kenal sebagai...
"Pimpinan? pak D-darkon? "
Ia menundukan wajahnya dan menyembunyikan matanya dengan topinya berjalan cepat kearah area pertarungan. Entah apa yang ia sembunyikan dimatanya, tak ada yang tau.
Reflek sikucing mundur dari Armil menurunkan pedangnya dan tunduk pada Darkon.
"Musuh a_"
Namun Darkon mengacuhkannya, ia bahkan tak meliriknya. Dan malahan ia melakukan hal yang mengejutkan semuanya.
Darkon berlutut pada manusia itu.
"Se-Selamat datang kembali, Master! "
.
.
.