"Hmm, sepertinya aku ketiduran lagi. Untung saja tidak ada hal yang aneh. Tapi dimana ini?"
"Huh! Kau berada dikamarku sekarang. Ma-Maksudku kamar kita."
Sudah kuduga, kamar ini benar-benar mirip dengan kamar mewah di kisah negeri dongeng. Luas kamar ini sekitar 10 Meter2 atau lebih. Ferda, ternyata dia sedang duduk didekat jendela besar yang disinari bulan dan bintang.
Gaun pestanya sudah berganti menjadi baju tidur ternyata.
Tu-
Tunggu dulu.
"Ferda, apa maksudmu dengan semua ini?"
"Bu-bukankah kita sekarang sudah resmi menjadi suami istri? Ini semua ulahmu, tahu!!!"
"Hehehe, maaf aku lupa." Kataku santai sambil menghampirinya yang masih duduk menghadap jendela.
Tenang, aku harus tetap tenang. Aku tidak boleh jatuh cinta dengan dia.
Akupun segera duduk disampingnya.
"Lagipula, kenapa kau bisa secara tiba-tiba tertidur tadi?"
"Ahh, maaf. Sepertinya aku kurang tidur kemarin."
Maaf jika aku berbohong. Alasan sebenarnya adalah karena aku selalu memforsir tubuh terutama pikiranku secara berlebih.
"Jadi, sekarang apa yang akan kau lakukan padaku.?"
Dia menoleh ke arahku.
Wajah cantiknya, lekuk tubuhnya yang sempurna. Ba-Bagaimana ini?
Aku masih belum siap untuk menjadi seorang ayah.
Rencana, aku butuh rencana.
Rencana untuk menghindari bencana besar ini.
Unauthorized duplication: this narrative has been taken without consent. Report sightings.
"Ahem. Sebelum itu, Apakah kau tidak penasaran dengan apa yang aku lakukan kepada Tuan Girrin?"
"Ahh, tentu. Karena kau mengingatkanku, maukah kau menjelaskan padaku?"
"Dengan senang hati. Dengan syarat kau harus melakukan apapun yang aku mau."
"Ka-Kau ini!!! Baiklah, aku setuju."
"Secara garis besar, Tuan Girrin dan aku membuat beberapa kesepakatan. Salah satunya ialah aku menyuruhnya untuk memungut upeti dengan syarat ia harus memberi para penduduk pekerjaan yang layak. Dia juga harus membuat laporan yang ku inginkan setiap bulan, dan beberapa hal lain yang jika aku jelaskan kau sendiri akan menderita sakit kepala yang berat."
"APA MAKSUDMU!!!" Kata Ferda sambil menggebrak meja di depannya.
Huh~
Sudah kuduga kesalahpahaman ini pasti terjadi.
"Tenanglah. Pertama, aku ada dipihakmu. Kondisi kerajaan ini seperti kerajaan mati setelah ditinggal oleh raja sebelumnya, benar bukan?"
Dia diam.
"Alasan kenapa kau menutupi kereta kuda yang aku tumpangi adalah karena kau tidak ingin aku melihat kondisi wilayah di kerajaan ini."
"Selain itu, para bangsawan juga mulai memberontak. Ini semua terlihat jelas saat mereka menolak upacara pernikahan kita."
"Lantas, kenapa kau tidak berpihak kepada Tuan Girrid? Bukankah itu lebih mudah bagimu untuk menguasai kerajaan ini!!!"
"Tuan Girrid dan para bangsawan yang dipihaknya terlalu serakah hingga lupa bagaimana cara menggunakan hati dan pikiran mereka. Tapi, tujuanmu sendiri juga terlalu mulia sedangkan kau tidak tau bagaimana cara mewujudkan tujuan itu sendiri. Tapi, karena aku disini, aku bisa mewujukan impianmu."
"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi!? Bagaimana aku bisa mempercayaimu!?"
"Di dunia asalku...
Di dunia asalku, aku tidak bisa melakukan apapun untuk melawan mereka yang serakah itu.
Setiap hari yang kulihat hanyalah berita tentang pembunuhan yang merajalela karena kemiskinan dimanana.
Manusia yang terbutakan hatinya lebih mengerikan dari pada iblis. Namun...
Aku tidak bisa melakukan apapun...
Aku belum bisa membantu untuk merubah kondisi itu...
Karena itu, setidaknya... Jika aku bisa merubah kondisi seperti itu dimanapun aku berada.
Aku akan melakukannya, apapun resikonya!!!"
"Z-Zam, Kenapa kau tiba-tiba menangis???"
"Hiks, maaf. Aku terbawa oleh suasana."
"Setidaknya, minumlah ini dulu. Aku percaya pada kata-katamu tadi."
"Terimakasih."
Ehh, kenapa kepalaku pusing??
Kenapa badanku tiba-tiba terasa panas??
"I-Itu sejenis minuman anggur khusus. Sudah menjadi tradisi disini meminumnya bagi pengantin baru, aku juga penasaran...Ehh, Zam kenapa kau menatapku dengan aneh?"
"Tch, ini semua salahmu."
"Tenang-Tenanglah Zam. Li-lihat aku akan meminum ini juga."
Sial, apakah dia tidak tau kalau itu minuman untuk merangsang-
"A-A-Apa yang barusan kau lakukan."
Dia menciumku. Aku juga tidak bisa menolaknya.
Ini pasti pengaruh minuman barusan.
"Bodoh, kenapa kau juga meminumnya!"
"Ciuman pertamaku! Aku juga tidak tahu kenapa aku tadi ingin sekali menciummu...Ta-tapi Zam..."
"A-Apa lagi? Jangan melakukan hal yang aneh. Kita sudah sepakat,bukan?"
"Aku sudah tidak tahan... Zam kau akan bertanggung jawab kan?"
AHHH, kenapa dia malah membuka bajunya.
Jangan mendekat Zerda.
Ta-tapi...
Ayah, Ibu, aku akan menjadi pria dewasa malam ini...